Malas Gerak? Segeralah Bertobat!





Artikel ini saya catat berdasar pengalaman pribadi. Malas Gerak atau yang umum diketahui dengan Mager tentu kita sudah semua terlatih mendengarnya. Kenyataannya perkembangan tehnologi pada jaman saat ini benar-benar memberikan dukungan pola hidup kurang sehat yang mana diantaranya tindakan Mager itu barusan.

Pengalaman saya di tahun 2019 lalu dimana saya pernah menderita beberapa penyakit seperti diabetes serta sakit punggung, dampak dari berat badan yang berlebih atau obesitas karena jarang-jarang gerak.
Yup, obesitas membuat saya seperti figur nenek-nenek renta berumur 50 tahun keatas jika disaksikan hasil dari analisis mesin bodi mass index (BMI) digital, serta skema metabolisme saya berada di posisi benar-benar jelek. Ditambah lagi mengakibatkan saya harus memikul penyakit yang sejauh ini tidak pernah saya alami serta kemungkinan tidak patut dialami oleh wanita muda seperti saya.

Efek terberat yang perlu saya alami ialah penyakit punggung yang cukup kronis. Dokter beranggapan penyakit punggung itu disebabkan oleh berat badan yang berlebih yang sudah di luar batas normal. Walau sebenarnya berat tubuh saya di saat itu cuma capai 65-70kg tapi dengan tinggi tubuh yang cuma 160cm jadi membuat tulang belakang kerepotan menumpu berat tubuh saya sendiri. Terutamanya di bagian 'upper bodi' yang alami peningkatan semakin banyak.

Penyakit obesitas yang saya alami sebetulnya tidak berasal dari kebanyakan makan/ ngemil. Pada kenyataannya saya makan dengan bagian serta frekwensi yang normal tapi sebab tuntutan pekerjaan yang mewajibkan saya tetap duduk dimuka monitor computer yang mengakibatkan saya jadi jarang-jarang gerak. Maklum di saat itu ialah pertama kali saya kerja untuk pegawai kantoran. Yang mana awalnya saya tetap kerja di atas lapangan.

Pola hidup teratur olahraga juga makin lama makin terlewatkan dimana awalnya saya teratur lakukan 'body exercise' minimum 3x satu minggu tetapi semenjak kerja di kantor entahlah mengapa saya jadi malas dengan fakta capek serta perlu istirahat semakin lama pada saat ada di rumah.

Rutinitas itu terus bersambung sampai di akhir tahun 2019 dimana penyakit punggung saya tidak surut sebab berat tubuh saya yang belum menyusut ke angka normal. Sampai di saat Berlibur Natal tahun kemarin saya mempunyai peluang untuk liburan ke Phuket, Thailand. Pertama kali cerita kesuksesan saya jalani pola hidup sehat untuk hilangkan penyakit punggung datang dari berlibur saya ke pulau eksotis itu.

Ingin tahu kan? Jadi ini ceritanya, untuk rekan-rekan yang pernah bertandang ke Thailand atau sedang tinggal dari sana kemungkinan telah pemula lihat kehadiran alat timbangan atau mesin BMI digital yang berada hampir disetiap mini pasar di negara itu. Pada awalnya saya tidak ingin tahu mengapa tetap ada mesin BMI disetiap minimarket, tetapi sesudah saya lihat lagi umumnya tubuh orang Thailand terutamanya di Phuket memang seimbang. Baik itu wanita atau lelakinya, tidak kurus/begitu gemuk.

Dari hasil penilaian saya rupanya orang Thailand yang dengan cara sadar/ tidak sadar dipengaruhi oleh ada mesin BMI di minimarket itu sebab hampir tiap hari mereka berbelanja atau sekedar hanya melalui minimarket mesin itu tetap dipakai untuk memperingatkan mereka jalani pola hidup sehat. Kecuali melahap makanan sehat seperti sayur-sayuran serta kurangi makanan manis dan berlemak, mereka terdorong untuk teratur lakukan olahraga sehari-harinya. Berikut opini dari sebagian orang lokal yang saya jumpai semasa berlibur di Phuket.

Hampir disetiap tempat pusat kesehatan dari sana ramai oleh pengunjung, serta Gym di hotel sekalinya belum pernah sepi. Ditambah ongkos Gym yang benar-benar murah bila dibanding dengan di Indonesia. Tentunya hal tersebut membuat warga makin terpacu untuk olahraga. Kemungkinan karena budayanya yang hampir sama juga dengan orang Indonesia jadi banyak orang di Phuket malas berjalan kaki karenanya mereka bertambah pilih untuk teratur ngegym.


gigazine.net Kembali pada pengalaman semenjak berlibur itu saya berkemauan untuk semakin banyak bergerak apa saja itu memiliki bentuk saya tidak ingin memberi toleransi pada badan saya. Tapi sebab ongkos Gym di Swiss mahal pada akhirnya saya putuskan untuk teratur berjalan kaki saja minimum 10.000 cara /hari.


 

Postingan populer dari blog ini

It is instead to do something more complex

The uncommon level was actually lens-shaped, balancing 5 metres thick

Resistance innovator Malcolm Turnbull of the Liberal celebration has actually